“Misteri Piano di Sekolah”
Galih Amartia Pertiwi (Gamar)
Sunyi,
senyap hanya jam dinding kelas yang bersuara, jam yang menunjukan pukul 17.19
dan tepat pukul 17.20 bel berbunyi. Semua murid SMA ini pun bersiap lalu
bergegas pulang. Tak Terkecuali Aku, Vida, dan Ines. Namaku Vira murid kelas XI
dan teman - temanku Vida dan Ines adalah penggemar alat musik. Sejak Aku, Vida,
dan Ines masuk sekolah ini kakak kelasku sering bercerita tentang Piano di
ruang musik yang katanya suka berbunyi sendiri
saat malam hari, dan apabila kita mendengarkan lagunya sebanyak 3 kali, Kita
akan mati. Tapi aku, Vida, dan Ines tidak pernah percaya hal yang berhubungan
dengan dunia ghaib.
Tepat jam 9 malam, aku dan teman – temanku memasuki sekolah
dengan memanjat pagar. Begitu kelihatan bandel kah aku dan teman – temanku? Aku
dan teman – temanku memang terkenal sebagai perempuan paling tomboy disekolah.
Dengan segera aku menuju ruang musik, saat aku, Vida, dan Ines berada di depan
ruang musik aku mendengar bunyi piano yang memainkan sebuah lagu. “Vid, Nes. Lu
denger gak?” tanyaku “ini kan suara piano” balas Ines “iya gua tau ini suara
piano dodol-_- tapi siapa yang mainin fe’a” ucap Vida “jangan – jangan bener
lagi yang di bilang kakak kelas itu” ucapku “emang iya, emang begitu, jreeng!”
balas Vida “udah ah lawak mulu lu Vid-_-“ ucap Ines “yee, biasa aja kali. Dasar
lemot” balas Vida “udah wehh, ahelah orang lagi ada setan malah bercanda”
ucapku “kita berantem fe’a” balas Vida dan Ines bersamaan. Setelah di bilang
begitu aku tak dapat berkata apa – apa. “jadi masuk ruang musik gak nih?”
tanyaku “jadi gak yaaaa” balas Vida “udah jadiin aja, buat apaan kita bela –
belain malem – malem kesini-_-“ balas Ines “ide
bagus, udah nes lu duluan ya” ucap Vida “ah ribet lu pada, udah gua aja duluan” ucapku memberanikan diri.
bagus, udah nes lu duluan ya” ucap Vida “ah ribet lu pada, udah gua aja duluan” ucapku memberanikan diri.
Perlahan aku membuka pintu ruang musik, yang masih terdengar
lantunan lagu dari piano di ruangan tersebut. Dan tiba – tiba lagu tersebut
behenti dimainkan, dan sudah satu lagu yang kami dengar. “weh, kok lagunya
berhenti ya?” tanya Ines “setannya kecapekan kali, mungkin dia abis puasa tujuh
hari tujuh malem” balas Vida dan tiba - tiba kami mendengar suara piano yang
tutsnya di tekan sembarang secara bersamaan dan pintu ruang musik yang tiba
tiba tertutup dengan keras. “lu sih vid, pake ngelawak sama setan. Emang
setannya bisa ketawa gitu kalo lu ajak bercanda” marahku “iye, maap maap. Gua
kan gak tau kalo jadinya bisa kaya gini” ucapnya merasa bersalah. Tiba tiba
piano itu memainkan lagunya lagi. “ini lagu yang kedua” ucap Ines “emang iya,
emang begitu, jreeng” ucap Vida “Vidaa-_-“ ucapku “iya iya” balas Vida. “kita
harus keluar dari ruangan ini, jangan sampe kita denger lagu yang ketiga”
ucapku dengan segera aku menuju pintu dan menggebrak gebraknya, mencoba
membukanya. “Vira, mau buka pintu?” tanya Ines “bukan, gua mau buka kulkas!”
ucapku “emang di ruang musik ada kulkas?” tanya Ines “ah udahlah ribet ngomong sama ines
mah-_-“ ucapku. tanpa terasa lagu kedua pun selesai dimainkan, aku, Vida dan
Ines pun terkulai lemas. “satu lagu lagi kita akan mati” ucapku
Tiba – tiba piano itu memainkan lagi lagu ketiganya. “yah,
yah, yah, tuh piano bunyi lagi yah, gimana ini nasib kita” ucap Vida “gua
berasa kaya mau pingsan aja biar gak ngedengerin tuh lagu lagi” balasku. Aku,
Vida, dan Ines hanya bisa terdiam. sampai lagu ketiga itu selesai aku tak ingat
apa apa, gelap, semuanya gelap. Aku mencoba membuka mataku, dan aku kini
sekarang tengah berada dikamarku. “huh, ternyata semua itu hanya mimpi” ucapku.
Dan tiba - tiba aku mendengar permainan piano itu lagi. “Aaaaaaaaaaaaaaaaa”
teriakku sambil menutup telinga.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar