Selasa, 24 September 2013

back to fact


Back To Fact
(second story “misteri piano di sekolah”)
By: Ardi Alfaris (ALIZZ)


Kini aku berangkat ke sokolah dengan sedikit ragu karena mimpi yang sedikit aneh. Karena aku merasa tadi malam memang aku berada di sekolah. Ah sudahhlah.ketika sampai di sekolah pun, aku sedikit malas untuk melewati ruang musik yang ada di sebelah lab. komputer.

Setelah keluar dari lorong utama, aku lurus melewati tengah lapangan, baru menuju kelas, sesampainya di kelas “vira lo tau kagak, semalem gua mimpi aneh jassaaa…” yak, bahasa astral dari mulut dia yang sedikit ************ . “mimpi apa lo?” Tanya ku penasaran. “masa semalem gue mimpi kita bertiga kesekolah jam 9 malem, terus, terus ,terus… apalagi ya?’’ vida sedikit bingung. “oh ya! Terus kita dengerin 3 buah lagu dari piano yang di bilang keramat sama kaka kelas itu” sambung nya.

Sontak satu isi kelas menoleh, “pelanin suara lu tapl*k” kataku menenangkan anak sedikit gangguan mental yang satu ini.”yaelah, sori dori mayori mpok nori makan stroberi kali -_- “ kata vida tanpa rem, “ terserah lo ajalah” dan kemudian terdengar olehku alunan musik malam tadi, langsung saja aku menutup telinga. “vir, lo kenapa? Takut amat sama bel masuk sekolah?” Tanya vida bingung, aku dengarkan kembali, ahh iya itu bel sekolah, ada apa dengan ku?

Bel pulang berbunyi, setelah seharian menjalani pelajaran tanpa fokus karena terkadang suara alunan musik dari piano itu. Sepulang sekolah aku memutuskan untuk memasuki ruang musik sendirian, tanpa kedua sahabat ku yang setia itu. Tapi ternyata meraka berdua sudah ada di sana lebih dulu -_-

“ngapain lu berdua disini?” tanyaku, “ngapain kek, udah gede ini” celetuk vida, “siapa bilang lu bocah masih SD ?” ines juga nyeletuk, “aduh lu berdua gua jedotin juga lama-lama nihh-_- “ aku juga ikut nyeletuk, “jeee, muka lu kaya bawahan panci, udah diem aja udahh” kata Vida. Aku butuh psikiater nampaknya -_-

“vid semalem gua juga ngalamin mimpi yang sama kaya lo tau” kata ines, “oh yaa?? Berarti kita jodoh dong, ye ye ye..” mereka berdua menari dan berputar, aku sedikit tak mengerti. “gua juga ngalamin, tapi maksud dari mimpi itu apa?” sambungku, sekaligus menghentikan tarian bodoh mereka. “lo juga vir? Berarti kita bertiga jodoh, ye ye ye ye..” kemudian mereka menarik aku untuk ikut menari juga -_- “weh udah weh, ini serius” kataku. “oh iya vida lupa ini ciyus”

Ini masih pukul 1 siang, tapi semua warga sekolah sudah bubar ke negri antah berantah milik mereka masing-masing. Jadi inti nya sekolah sepi karena meraka udah pergi ke negri antah berantah masing-masing, di negri antah berantah masing-masing setelah keluar dari sekolah, #plakk

Sekolah ini memang seluruh siswanya masuk pagi semua, jadi wajar aja kalo jam 1 gini hari udah pada pulang. “nes, perasaan sekolah sepia mat yak?” Tanya vida, ‘iya pada mau ngambil gaji kali” ines asal jawab, “emang mereka udah punya gaji?” Tanya vida, “ya ya dikit lagi dikit lagi” aku teriak, “berisik fee’a” kata mereka berdua.

“oke oke, sekarang mari kita pikirin apa hubungan mimpi kita semalem sama piano ini” kataku sambil merapih kan rambut “ada tikus nya kali, buka aja” kali ini vida yang asal jawab. “boleh juga tuh, buka aja dulu” “tuhh ka ines setujuuu, huu, yuk buka” meski itu jawaban bodoh, tapi kami akhirnya membuka, dan melihat isi dari piano tersebut, kosong. Tak ada apa2 kecuali senar.

“yah yaudah deh, yuk keluar” kataku yang lama-lama merinding disini. Tapi saat kami hendak keluar, alunan musik itu bermain, saat kami ber-3 menoleh, tuts piano itu bermain dengan indah, tanpa ada orang yang duduk disana. Langsung kami ber-3 lari kocar-kacir karena kejadian tersebut.

“ini siang-siang, tapi masa iya dia masih neror kita?” ka ines, “atuh suka-suka setan nya lahh” sambut vida “sarap lu vid” kataku “yeee emang” ahh sudah lah -_-

Aku merinding, dalam kenyataan nya, itu lagu pertama yang kami dengar, lalu bagaimana kalo sampai lagu ke-3 ? apa mitos itu benar adanya? Se-angker itu kah sekolah kami?

Aku sampai rumah pukul 5 sore, setelah ines mengajak kami untuk menenangkan diri denang berjalan-jalan di pusat perbelanjaan. Tapi dalam hati aku masih merinding dan was-was.

Segala kejadian di rumah, sekolah, jalanan, dan semuanya, aku hampir setiap saat mendengar nada itu, nada kematian. Sampai pukul 9 malam ini, handphone ku berdering, namun bukan ringtone yang aku pasang yang berbunyi, alunan itu lagi. Aku cepat-cepat hubungi ines, menyakan apa dia mengalami hal yang sama, ternyata iya. Sama hal nya dengan vida dia juga mengalami semua kejadian mengerikan ini.

Tiba-tiba ada secarik kertas di meja belajarku, bertuliskan tinta merah, ‘mainkan apa yang aku mainkan, ku tunggu alunan nada dari kamu’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar