BARU TAPI BEDA RASA
Khairunnisa B.A
(Michi)
Hai! Perkenalkan, namaku
Ayu. Aku ingin berbagi kisahku kepada kamu, kalian atau pun mereka. Kalian
pernah merasakan tidak? kalau kalian nyaman berada di dekat seseorang, dan
kalian selalu ingin tahu apa yang ia kerjakan atau pun sedang apa dia. Jika dia
tak ada kabar, kalian merasa resah, bimbang, tak tahu harus berbuat apa.
Tapi ini senior yang baru
kau kenal. Bagaimana cara kau menyikapinya? Begini ceritaku.
Jantungku berdegup kencang, tubuhku seolah bergetar. Ya, karena ini adalah hari pertamaku menjalankan Masa Orientasiku sebagai siswi baru di SMA ini. Saat di depan gerbang sekolah, mataku mulai berkaca-kaca. Entah mengapa, ada kegugupan dan kebimbangan atau rasa yang entah mengapa aku tidak pernah merasakan rasa ini sebelumnya. Aku deg-degan.
Mungkin karena aku terlalu
gugup, karena hari ini adalah hari
pertamaku MOS. Aku masih berdiri di depan gerbang sekolahku. Aku melamun rupanya. Tapi seketika lamunanku buyar ketika ada seseorang yang memanggilku dan menepuk bahuku. “Ayu? Nama kamu Ayu kan? Ayo jangan berdiri disini. Ayo masuk!” ajak seseorang itu. “hah? Iya namaku Ayu!”. Jawabku kaget. “hahaah kamu ini lucu ya, ngapain pagi-pagi bengong?!”. Balas orang itu. “hehe iya kak, kakak ini senior saya dan yang lainnya ya?”. Balasku masih setengah gugup. “hehe iya. Oh iya aneh kayaknya kita udah ngobrol kayak gini tapi belum kenalan ya,”. Balasnya dengan senyuman manis. “eh..? iya ka. Namaku Ayu. Siapa nama kakak? Dari mana kakak tau namaku?”. Jawabku. “nama saya Alif. saya kelas XII sekarang. Saya tau nama kamu dari name tag kamu.”. Balasnya santai. “oh gitu”. Jawabku malu-malu. “iya, ayo masuk. Nanti kamu telat lagi. Nanti saya hukum kamu!”. Guraunya. “hah? Oh iya udah jam segini. Yaudah kak, aku masuk duluan ya!”. Balasku sambil melihat jam tangan yang melekat di pergelangan tanganku dan segera berlari sambil melambaikan tangan pada kak Alif.
pertamaku MOS. Aku masih berdiri di depan gerbang sekolahku. Aku melamun rupanya. Tapi seketika lamunanku buyar ketika ada seseorang yang memanggilku dan menepuk bahuku. “Ayu? Nama kamu Ayu kan? Ayo jangan berdiri disini. Ayo masuk!” ajak seseorang itu. “hah? Iya namaku Ayu!”. Jawabku kaget. “hahaah kamu ini lucu ya, ngapain pagi-pagi bengong?!”. Balas orang itu. “hehe iya kak, kakak ini senior saya dan yang lainnya ya?”. Balasku masih setengah gugup. “hehe iya. Oh iya aneh kayaknya kita udah ngobrol kayak gini tapi belum kenalan ya,”. Balasnya dengan senyuman manis. “eh..? iya ka. Namaku Ayu. Siapa nama kakak? Dari mana kakak tau namaku?”. Jawabku. “nama saya Alif. saya kelas XII sekarang. Saya tau nama kamu dari name tag kamu.”. Balasnya santai. “oh gitu”. Jawabku malu-malu. “iya, ayo masuk. Nanti kamu telat lagi. Nanti saya hukum kamu!”. Guraunya. “hah? Oh iya udah jam segini. Yaudah kak, aku masuk duluan ya!”. Balasku sambil melihat jam tangan yang melekat di pergelangan tanganku dan segera berlari sambil melambaikan tangan pada kak Alif.
Sekarang aku sudah di
dalam kelas karena jam masuk kelas sudah berbunyi. Tandanya kami semua siswa
baru harus segera masuk ke kelas masing-masing.
Saat ini rasanya jantungku ingin pecah, jantungku makin berdebar sangat kencang. Karena kak Alif ternyata menjadi mentor di kelasku. “halo, selamat pagi adik-adik yang saya rasa masih agak gugup melihat saya dan rekan saya. Semuanya relax aja. Kami gak akan gigit kok”. Kata kak Sophie pada kami semua. “perkenalkan nama saya Sophie, dan perkenalkan rekan saya”. Lanjut kak Sophie sambil menunjuk kak Alif. “nama saya Alif”. Katanya sambil melemparkan senyum manis pada kami semua.
Anak-anak perempuan di
kelasku sedari tadi, senang sekali membicarakan kak Alif. Ya, memang kak Alif
adalah anak laki-laki yang paling berkharisma dan paling ramah di SMA kami.
Terlebih dia memang manis. Walaupun wajahnya tidak terlalu tampan, namun dia
sangat manis. Aku terkejut, tiba-tiba dia datang menghampiriku. “Ayu, kita
ketemu lagi”. Katanya sambil senyum. Seketika kelas menjadi heboh karena dia
menegurku. “hah..? iya kak? Kita ketemu lagi”.jawabku malu-malu. Detik, menit,
jam terlewat begitu saja. Ini sudah jam pulang sekolah. Aku yang hari ini mendapat
giliran piket, terpaksa harus piket karena itu memang sudah kewajibanku.
Saat aku ingin menaruh
sapu karena aku sudah selesai piket, tiba-tiba salah satu teman laki-laki
sekelas ku berkata kalau ada seseorang yang menungguku di gerbang sekolah. Aku
kaget, yang aku takutkan hanya bagaimana bila ada kakak kelas yang tidak
menyukaiku? Bagaimana bila mereka melabrakku? Tapi semua pikiran negatif itu
aku buang jauh-jauh karena ternyata seseorang yang menungguku adalah ka Alif.
“yu, Ayu, ayo kita pulang bareng!”. Panggil kak Alif dari kejauhan. “iya kak,
tunggu”. Aku segera berlari menemui kak Alif. “dari mana kakak tau kalo arah
rumah kita satu arah?”. Tanyaku polos. “ ah, soal itu.. gak penting saya tau
dari mana. Yang penting sekarang, ayo pulang. Udah siang nih”. Balas kak Alif.
Aku berjalan disampingnya. Disamping pria popular di SMA ku. Anak-anak
perempuan yang melihat kami menjadi seperti ‘illfeel’ melihatku. Mungkin karena
mereka juga menyukai kak Alif, lebih dulu dari aku.
Sepanjang jalan pulang
kami hanya bercakap-cakap, bercanda dan tertawa. Tapi percakapan kami harus
selesai. Karena itu sudah gang menuju ke rumahku. Aku tak menduga bahwa dia
meminta nomor handphoneku. Aku berikan nomor handphoneku, karena aku kira aku
dan kak Alif bisa bersahabat. Aku berjalan menuju ke rumah. Sore itu aku
langsung makan, dan mandi. Sehabis mandi aku langsung masuk ke kamarku. Rasanya
semua tulangku ingin remuk.
Aku langsung berbaring di
tempat tidurku dan mengambil ponselku. Ada dua SMS masuk di ponselku. Ternyata dari
kak Alif. Kami bercakap-cakap sepanjang malam. Keesokannya, kak Alif tidak
mengirimkan pesan kepadaku. Aku menjadi resah. Memang baru dua hari ini aku
mengenal kak Alif. Tapi saat aku tak mengetahui kabarnya, rasanya seperti
sebagian dariku sudah hilang. Aku tak tahu mengapa begini. Waktu terus berlalu.
Ini hari terakhirku MOS.
aku mendengar bahwa kak Alif, orang yang baru aku kenal tiga hari ini ternyata
dia akan pindah sekolah ke Bandung. Dia berjanji kepadaku bahwa dia akan selalu
memberikan kabar kepadaku. Tapi, mengapa? Mengapa disaat aku merasa nyaman
dengannya, kak Alif justru menjauh. Aku menemukan jawaban mengapa kak Alif
tidak ada kabar. Itu karena dia akan pindah ke Bandung. Kak Alif pergi tanpa
pamit kepadaku. Tapi aku berpikir, memangnya siapa aku dimata kak Alif? Aku
bukan siapa-siapa. Harusnya aku sadar. Harusnya aku tahu kalau rasa ini tak
seharusnya ada. Karena aku dan kak Alif baru akrab tiga hari.
Tapi mengapa aku baru tahu
kalau rasa yang aku rasakan ini lebih dari rasa sebagai teman. Tapi kurasa itu
semua sudah terlambat. Karena kak Alif sudah tak ada disamping ku. Mungkin ini
adalah cerita indah namun tiada arti. Tak ada artinya karena kak Alif sudah
tidak disini. Aku harus bisa melupakan kak Alif. Aku harus bisa!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar