Selasa, 09 Juli 2013

buah penantian



Buah penantian…




Khairunnisa B.A
(Michi)




Aku yang masih awam untuk mengenal semua ini. Aku yang sebelumnya tak pernah mengenal apa itu yang namanya ‘cinta’ sebelumnya. Awalnya aku tak pernah tahu apakah yang aku rasakan ini. Aku tak tahu namanya. Yang aku rasakan hanya nyaman bersamanya.

Padanya? Pada sahabatku sendiri. Apa ini? Aku takut. aku memang sudah memendam semua ini sejak tiga tahun yang lalu. Kita memang sangat dekat sekali. Awalnya aku sangat membencinya. Karena aku merasa ‘illfeel’ karena banyak teman-temanku yang menyukai dia. Dan pada akhirnya.. aku, seseorang yang membencinya, aku menyukainya.

Kita berdua terus menjalani hari-hari dengan gelak tawa. Dan sampai akhirnya, aku tahu. Bahwa perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan. Ya,
dia menyukaiku. Dia menyatakan perasaannya kepadaku. Katanya “eh, aku sayang sama kamu”. Katanya datar. Aku hanya diam. Aku dapat maklum, mungkin karena dia malu, karena dia menyatakan perasaanya tepat di depan teman-temanku.

Aku memang tidak langsung menjawabnya. Dan bertepatan saat itu juga teman-temanku serempak berkata “terima, terima, ciee cie”. Seketika itu juga pipiku memerah. Dan saat itu terdengar suara “krriiiinggg”. Itu bel pulang sekolah. Syukurlah, aku terbebas dari semua ini. Aku langsung pulang kerumah. Saat aku sampai dirumah, aku langsung masuk kedalam kamarku. Aku langsung merebahkan tubuhku di kasurku. “hah? Mimpi apa aku ini? Ternyata dia juga menyukaiku ”.

Saat aku sedang senyum-senyum sendiri tiba-tiba ada pesan masuk ke ponselku. Tak tahu mengapa, degup jantungku mulai tak beraturan. Kecang sekali, tanganku dingin. Dan apa yang kutemukan saat aku melihat layar ponselku? Ternyata yang mengirimkan pesan itu adalah dia.

Kami bercakap-cakap melalui pesan singkat sampai hampir larut. Dan yang tak aku sangka, sesaat sebelum aku ingin tidur. Dia mengirimkan pesan yang berisi “selamat malam, aku sayang kamu :*”. Aku kaget. Aku senang sekali. Hubungan kami sampai saat ini baik-baik saja. Tapi semenjak kabar aku telah menjalin hubungan dengannya, laki-laki yang memang popular disekolahku. Banyak terror yang aku dapat.

Mereka diluar sana, yang aku sendiri pun tidak tahu mereka siapa dan dari mana mereka mendapatkan nomor ponselku. Mereka menyuruhku untuk mengakhiri hubunganku dengannya. Terror itu terus berlalu selama hampir satu bulan. Aku sudah banyak cerita kepadanya. Tapi dia hanya menjawab “sudah, biarkan saja. Yang paling penting, perasaanku masih sama kepadamu. Aku sayang padamu”. Begitu katanya. Dia memang yang paling hebat menenangkan perasaanku bila aku sedang dalam masalah. Walau sekecil apa pun, dia tetap membantuku menyelesaikannya.

Tapi, sikapnya berubah menjadi lebih dingin dari sebelumnya. Bayangkan? Bagaimana perasaan kalian bila kalian mempunya pasangan, tapi kalian tidak pernah tahu bagaimana keadaan pasangan kalian. Pasangan kalian tidak pernah memberikan kepastian. Dia bak menghilang ditelan bumi. Dan bayangkan saat kalian mendengar dengan mata kepala kalian kalau pasangan kalian mendua?

Dia tidak membalas pesan kalian, tapi dia asyik mengobrol dengan wanita lain dan menyebut statusnya ‘single’ ‘I’m free’ bagaimana berasaan kalian? Pasti sakit. Apa lagi itu tepat dihari Anniversary mu. Aku yang selalu setia. Meskipun banyak mereka yang mecoba menghasutku. Tapi aku tetap kepada pendirianku. Aku tetap harus mempertahankan hubunganku. Aku harus menegaskan perasaanku. Aku tidak boleh menyerah.

Perasaan ini sudah ada saat tiga tahun lalu. Tapi hanya karena hal ini akan hancur? Tentu saja tidak. Aku akan mempertahankan nya. Apa yang aku dapat? Hanya hal yang menyakitkan. Tapi, aku bukanlah seorang yang kuat untuk mengahapi semuanya sendiri. Aku masih bertahan. Dan akhirnya dengan berat hati aku. aku harus mengakhiri ini semua.

Akhirnya aku mengakhiri hubunganku dengannya. Dengan berat hati memang. Sejak saat itu, dia menghilang. Dia benar-benar menghilang. Tapi walau begitu, aku masih tetap menunggunya. Aku selalu merayakan hari Anniversary ku dengannya. Itu selalu. Bahkan sampai detik ini. Aku selalu merayakannya dengan cara mengucapkan keinginan dan keluh kesahku kepadanya lewat ‘diary’ ku. Ya, beginilah aku. Aku memang tak mempunyai keberanian untuk mengungkapkannya. Aku malu. Aku sudah menunggunya selama dua tahun ini. Kenangan itu sudah berulang kali ku hapus.

Tapi otakku bak komputer yang dapat me ‘restore’ file yang sudah dihapus. Aku menjalankan hari-hariku dengan tak bergairah. Tapi satu hal yang menyadarkan ku. Satu hal yang aku pikirkan saat ini “ buat apa aku menunggu? Menunggu tanpa kepastian. Apa dia yang aku tunggu selama ini merasakan apa yang aku rasakan. Mungkin saja dia tidak mengethui apa artinya menunggu. Menunggu selama ini hanya membuang waktuku. Bukan bahagia yang aku dapat, tapi sakit yang kurasakan”.

Aku memikirkan semua itu. Benar sekali. Untuk apa penantianku selama ini. Aku hanya membuang waktuku untuk dia yang tak pernah mengerti. Aku harus membuka hatiku. Tapi, berkali-kali aku katakan bahwa ‘aku bisa melupakan mu’ tapi aku selalu mengingkari kata-kataku. Betapa ‘munafik’ -nya diriku ini. Aku benci hari-hariku. Aku benci hidupku. Dan waktu pasti berlalu, berlalu, berlalu dan berlalu. saat aku sedang sendiri, duduk dibangku taman sambil menangis, tiba-tiba seseorang, dan ternyata aku mengenali seseorang itu.

Orang itu adalah seniorku. Dia menghampiriku dan duduk sambil menatap mata bengkakku dengan pandangan tulus. “hapus air matamu. Jangan kau buang air matamu untuk dia yang tak pernah perduli kepadamu”. “kakak”. aku langsung memeluknya dan menangis dipundaknya. “menangislah. Puaskan dirimu. Kamu boleh meminjam pundakku jika kamu lelah menghadapi semua masalah. Sekarang bagilah ceritamu padaku”. “hmmmm..”. suaraku sangat parau. “kamu cukup buka hatimu. Lihat lah, ada aku disampingmu”. “aku yang sedari dulu menunggu mu”. “kak, maafkan aku. Aku terlalu sibuk menunggu orang yang tak pernah memperhatikan aku. Sampai-sampai aku buta. Aku buta kalau aku juga bisa hidup tanpanya”. Kami berpelukan di taman itu. Kini aku dan seniorku telah menjalin hubungan yang baru. Dan tentunya aku lebih bahagia dengannya . Dan aku menyimpulkan, kalau…

“ini lah buah dari penantian” yang aku jalani selama ini. Jadi, bukalah hati kalian untuk orang lain yang menyayangi kalian. Bukan orang yang tidak pernah merasakan keberadaanmu!.

2 komentar: