Rabu, 03 Juli 2013

KESEMPATAN KEDUA



*KESEMPATAN KEDUA*

Khairunnisa B.A
(Michi)



Namaku Lila, aku hanya ingin membagikan pengalamanku kepada kalian. Aku hanya tidak mau kalian menyesal seperti aku, merasakan penyesalan yang teramat dalam. Dalam sekali. mamaku, mama yang telah banyak berjasa terhadap kehidupanku, mama yang sangat baik, mama yang selalu menjagaku, mama yang selalu bangun dari tidurnya hanya untuk membuatkan ku susu saat aku menangis di kala malam. Aku menyesal telah menyia-nyiakan mamaku, mama yang sangat aku sayangi. Begini ceritanya..

        siang itu aku sedang asyik bermain handphone ku, aku sedang asyik online di Dunia Maya. Iya, aku memang senang sekali berselancar di dunia maya, apa lagi bermain games dan streaming di youtube. Tiba-tiba.. “Lila, tolong bantu mama, tolong angkat baju diluar. Tolong ya nak, mama sedang
masak untuk makan siangmu”. Ujar mama. “hah? Iya tunggu” jawabku. Aku tidak mengiraukan kata-kata mamaku, yang aku kerjakan hanya main games dan chating bersama teman-temanku. “Lila, kamu udah angkat baju di jemuran kan nak?” Tanya mama. “belom”. Jawabku ketus. “ya udah biar mama aja yang angkat, sekarang kamu makan sana. Mama udah buatin makanan kesukaan kamu sayang”. Kata mama. Mendengar kata-kata mama aku sangat senang. Aku segera berlari ke meja makan untuk makan. Aku makan dengan sangat lahap, sampai aku berkeringat karena makanan yang mama masak masih panas, tapi karena itu makanan kesukaanku aku tidak memperdulikannya. Mama menatapku penuh kasih, mama senang melihatku memakan dengan lahap masakannya. Mama membelai rambut panjangku dengan penuh kasih. “ayo, kamu habiskan ya, mama senang sekali melihat Lila makan seperti ini” kata mama lembut. Tapi aku aku tidak berkata apa pun. Aku langsung saja melanjutkan makanku.

Tidak terasa Lila kecil sekarang udah tumbuh menjadi Lila yang cantik, waktu memang terasa cepat sekali berlalu. aku yang merasa pintar karena memang aku selalu menjadi juara di sekolahku. Aku merasa paling hebat, sehingga aku angkuh, aku bertindak semena-mena walaupun itu kepada mamaku. “uhuk uhuk, Lila, tolong ambilkan mama the diatas meja makan nak, mama lemas banget. Tolong ya Lila”kata mama. Saat itu keadaan mama memang tidak baik. Ya, mama sedang sakit. “ah ambil aja sendiri. Aku lagi masker-an nanti masker aku pecah-pecah lagi” jawabku ketus. “tolong mama Lila, mama sedang sakit”. Jawab mama. “ihhhh!!! Mama kan punya kaki, ya ambil aja sendiri! Manja banget sih!”aku menjawabnya dengan nada marah. “ yasudah kalau begitu kalau kamu nggak mau, ya biar mama aja” kata mama. “yaudah, itu bisa” balasku singkat.

Semakin hari kondisi mama makin memburuk, tapi saat mama sakit aku tidak pernah ada di sampingnya. Aku malah Hangout bersama teman-temanku. Begitu terus, dan dua tahun terasa cepat berlalu. kondisi mama makin memburuk, kami sudah ber-obat kemana-mana. Sudah jutaan, bahkan ratusan juta kami habiskan untuk biaya pengobatan mama. Tapi waktu itu, aku tetap saja menjadi Lila yang nakal, menjadi Lila yang sangat manja.

Aku membuat masalah dimana-mana. Dan pada suatu hari, aku membuat masalah yang membuat mama ‘shock’ aku membuat mama masuk ke Rumah Sakit. Aku membuat keadaan mama ‘kritis’ aku yang membuat mama tergeletak diruang ICU. Aku yang saat itu datang dengan keadaan mabuk berat, aku yang menjadi seorang “pecandu narkoba” itu lah yang membuat mama kaget dan masuk ke Rumah Sakit.

Aku ditampar oleh tanteku. “apa-apaan kamu ini? Kenapa kamu menjadi kaya gini? Kemana Lila yang dulu? Lila yang manis, Lila yang penurut?!” celoteh tanteku.”tante apa-apaan sih nampar aku?” balasku marah. “kamu liat mama kamu!! Kamu yang udah buat kakak ku kayak gini. Puas kamu udah buat kakak ku kaya gini? Anak macam apa kamu? Apa pantas kamu masih dianggap anak oleh kakak ku?” tanteku marah. Aku mendengar kata-kata tanteku, aku merenungkannya dalam-dalam. Aku takut, aku bingung, aku tidak tahu harus bersikap bagaimana.

Aku yang sudah ter-racuni oleh pergaulan luar yang tidak benar sehingga aku menjadi seperti ini.

Tak lama telepon rumahku berbunyi “kriing.. kriinng” langsung saja tanteku mengangkat gagang telepon itu. “halo, apakah benar ini rumah ibu siska?”begitu suara yang terdengar dari seberang sana. “iya, benar sekali. Saya adiknya. Ada apa ya pak?”balas tanteku. “kami dari Rumah Sakit, kami ingin mengabarkan bahwa kakak anda dalam keadaan kritis. Denyut nadinya melemah”.kata suara itu. “apa?” tanteku langsung berurai air mata dan tak sengaja menjatuhkan gagang telepon. “ada apa tante? Ada apa? Kenapa tante nangis?” tanyaku gemetar. “maa.. mama mu la”. Jawab tanteku dengan suara yang parau. “tante? Mama kenapa tante? Mama kenapa? Apa yang terjadi sama mama? Mama baik-baik aja kan tante? Ayo tante jawab Lila tante!!”. Teriakku memelas. Aku menangis melihat ekspresi tanteku itu. “tante jawab Lila tante! Mama kenapa tante?” rengekku.

Aku dan tante langsung ke Rumah Sakit untuk melihat keadaan mama. Tapi, yang aku lihat hanyalah seseorang yang ditutupi kain berwarna putih, dan para perawat sedang membereskan alat-alat yang telah selesai digunakan. Tanteku menangis histeris. Tanteku menagis, tanteku seoalh kehilangan seseorang yang begitu ia sayangi. “Lila, ayo kamu lihat mama mu nak, peluk dia untuk yang terakhir kali”. Suara tanteku parau. Aku mendekat dan aku membuka kain putih yang menutupi tubuh mamaku.

Aku langsung berteriak histeris dan akupun menangis “ENGGAAAKKKK… MAMA NGGAK BOLEH PERGI!! MAMA LILA AKAN KEMBALI MA, LILA BAKAL KAYA DULU LAGI! LILA BAKAL JADI ANAK MAMA LAGI. APAPUN YANG MAMA SURUH LILA BAKAL TURUTIN MA! MAMA BANGUN MA! LILA JANJI BAKAL BERUBAK MA!! MAMA BANGUN MA!”. Aku tersiak melihat mamaku sudah terbujur kaku dengan kulit membiru. “udah Lila udah, percuma kamu nangis. Mama kamu udah engga ada Lila. Semua udah terlambat” kata tanteku.

Aku terus meronta-ronta aku terus menjerit dan menangis. Dan saat aku mencium pipi mama utuk yang terakhir…
perawat tersentar kaget karena melihat jari mamaku bergerak dan perlahan membuka matanya. Aku terkejut dan aku berbisik di telinga mama “ma, Lila janji kalo Lila ngga bakal ngecewain mama lagi ma” kataku. Sepulang mama dari rumah sakit, aku dan mama hidup seperti ibu dan anak yang sangat harmonis. Apapun yang mama suruh, apapun yang mama suruh aku kerjakan. Aku tidak mau kehilangan mama untuk yang kedua kali. Terima kasih Tuhan. Aku tidak akan menyia-nyiakan mamaku yang cantik ini untuk yang kedua kalinya. Terima kasih tuhan telah member aku kesempatan kedua.

ENDING

Tidak ada komentar:

Posting Komentar