Sabtu, 20 Juli 2013

karena hati tak bisa di paksa


Karena Hati
Tak bisa Dipaksa



Khairunnisa B.A
(MICHI)



Aku menyukainya sejak awal kami bertemu. Sebenarnya dia sebaya denganku, hanya saja dia lebih pintar dari aku, sehingga tingkatan kelasnya lebih tinggi. Namanya Near. dia adalah siswa terpandai di SMA ku. Tak salah kalau para siswi wanita sangat menggilainya. Tapi aku, hanya seorang gadis yang mungkin tidak begitu menarik atau mungkin tak menarik dan sikapku kekanakan.

Oh iya, aku hampir lupa. Aku saat ini sudah kelas 2 SMA. Dan saat ini, aku hanya dapat menatapnya dari kejauhan. Sikapnya memang dingin sekali. Tapi itulah yang menjadi daya tariknya. Aku yang selalu mengejar Near. tapi dia? Aku tak yakin dia akan merespon perasaanku. Dua tahun berlalu, tapi perasaanku kepada Near tetap sama seperti tiga tahun yang lalu saat kami masih SMA. Aku tetap menyukainya. Dia sangat cuek sekali padaku. Tapi, aku masih tetap mempunyai seribu jurus untuk tetap bertahan untuknya.


Dan? Kalian pasti terkejut mendengar ini. Cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Dan pada saat itu.. Near, dia menyatakan perasaannya padaku. “hei Ran, aku menyukaimu”. Katanya datar lalu meninggalkanku. Aku terkejut. Aku yang bodoh dan cerewet ini ternyata dapat menaklukan hati Near. Sainganku memang tak sedikit. Tapi yang kadang membuat aku terpojok adalah Karin. Dia memang beda denganku. Dia pandai, cantik dan sepertinya mempunyai segudang bakat. Dia sekelas dengan Near. Setelah tiga hari aku dan Near berpacaran memang banyak hal yang membuat aku ‘cemburu’. Sebenarnya banyak juga hal yang membuat aku cemburu. Sejak tiga tahun yang lalu hingga sekarang saat dia sudah ada disisi ku. Tapi yang kali ini, aku begitu cemburu.

Bayangkan saja, Near menggendong Karin di depanku.
Aku yang kalut dengan perasaanku sendiri, aku menangis dan berlari ke danau belakang kampusku. Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang meneriakiku daari kejauhan dan kemudian mendekat “dasar cengeng! kenapa kau menangis?” “aku kesal! Kau menggendong Karin di depanku” “oh masalah itu, dia terjatuh dan aku hanya menolong”. Katanya tetap datar. “hiks..hiks..hiks se..sebenarnya kekasihmu aku atau Karin?”. Kataku terisak.

Near memegang pundakku, dia mencoba meyakinkanku“dengar ya, aku memang nyaman berada didekatnya”. “aahh, tuh kan~”. “tapi, walau begitu, yang ada dihatiku hanya kau”.kami saling bertatapan, tanpa aku sadari aku menjatuhkan airmata dipipiku. Near menghapus air mata yang ada dipipiku. Dan setelah berkata seperti itu, dia berbalik badan dan mengalihkan pandangannya ke danau yang airnya berkilauan bak mutiara karena sinar matahari yang mulai sedikit tenggelam. “benarkah?” “entahlah” “aku ingin mendengarnya lagi!”. “aduh, kau ini makanya, kalau pacarmu ini sedang bicara kau harus mendengarkannya ya anak bodoh!”. “ish..kau ini senang sekali menindasku -_-”. “habis menindas mu itu bagiku adalah sebagai obat penghilang stress”. “ishhh kau ini!!” Ucapku geram “hahah dasar kau ini, bodoh sekali sih. Darimana aku bisa menyukaimu? mungkin aku menyukaimu karena kebodohanmu itu ya Ran?!”. Lalu dia berjalan menjauh “hei, Near. Kau ini benar-benar ya?! Jelas-jelas aku menyukaimu.. aku sayang padamu ihh tapi isshhh..!!! Rasakan ini!!”.dia berhenti sejenak mendengarkan ocehanku lalu kembali berjalan.

Tapi langsung saja aku menimpukinya dengan sepatu ku. Dia berlari menghindari lemparanku. Kami berdua berlarian dibawah lembayung senja yang indah. “hei, bodoh, berhenti melempariku. Aku lelah tau udah”. “yasudah, baiklah. Aku juga lelah ”. Jawabku. Lalu kami membaringkan diri di rerumputan dekat danau. “kau tau?” “hah? Tau apa??” “oh iya, aku lupa yang ada di otakmu itu akan hanya ada aku ya. Berhentilah seperti itu” “ya, memang benar, aku hanya memikirkan selalu ada disamping kamu dan aku ingin ikut kemana pun kamu pergi”. “benarkah? Kau benar-benar mencintaiku?”. “ya, aku, sangat, sangat, sangat, sangat mencintaimu”. “kau ini, oh iya hari ini, aku merasa senang” “mengapa?” “karena aku menghabiskan waktuku seharian denganmu. Dan bagiku, kau adalah rumus yang tak akan pernah ada selesainya. Kau itu seperti soal yang tak pernah ada jawabannya”. Aku hanya dapat menatap matanya. Aku yang terbaring disampingnya hanya bisa diam. Dia memegang tanganku.

Awalnya aku kaget, namun aku beranikan diri juga untuk memegang tangannya.dia menatapku dan dia memelukku, dan dia, dia mencium keningku. Dan berbisik “aku mencintaimu”. Aku hanya dapat tersenyum. Bayangkan, aku yang dulu hanya dapat memandangnya dari kejauhan, sekarang aku berada disampingnya, terbaring bersama dengannya. Menyaksikan matahari yang mulai tenggelam. Berdua. Ya, kami bersama. Ternyata memang benar. Perasaan itu memang tidak pernah bisa dipaksa. seberapa lama pun dia menindasku, seberapa lama pun dia bersikap dingin kepadaku, tapi aku tetap menyukainya. Ya, memang hati memang tak bisa dipaksa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar